LEMPENG TEKTONIK
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi
yang terjadi dalam skala waktu geologi. Sikklus batuan tersebut terjadi dari
pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng
tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala –
gejala atau kejadian – kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunung
api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga
macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform
(pergeseran).
Lempeng
tetonik memiliki nama yang berbeda – beda sesuai tempat atau asal lempeng itu
berada. Pada 225 juta tahun yang lalu, seluruh daratan di bumi ini merupakan
satu kesatuan yang disebut dengan Benua Pangaea pada zaman permian. Pergerakan
lapisan bumi terus terjadi saat 200 juta tahun yang lalu pada zaman triassic
terbagi menjadi 2 Benua Laurasia dan Benua Gondwanaland. Pergerakan lapisan
bumi terjadi hingga saat ini terbagi menjadi 5 belahan benua. Perubahan keadaan
permukaan bumi terjadi selama 4 zaman kurang lebih selama 225 juta tahun.
Perubahan permukaan bumi ini yang mengakibatkan adanya batas – batas lempeng
tektonik di masing – masing lapisan bumi. Pergerakan yang berasal dari tenaga
endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam peroses pergeseran
lempeng.
JENIS-JENIS
BATAS LEMPENG
Batas
Transform.
Terjadi
bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).
Batas
Divergen.
Terjadi
pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran
dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua,
proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley)
akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang
Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh
divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang
Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
Batas
Konvergen.
Terjadi
apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one
slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke
bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman
(subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang
gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic
trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
Dari
ketiga batas lempeng yang mendukung adanya siklus batuan di bumi ini. Setiap
daratan atau negara atau benua di dunia di batasi oleh lempeng yang berbeda –
beda. Dikarenakan sifatnya dinamis dan kekuatan masing – masing lempeng berbeda
– beda, maka terbentuk 3 batas lempeng tektonik Gempa yang terjadi di akibatkan
oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah Indonesia
yang merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik – titik gempa yang
tersebar di seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari Indonesia
dibatasi oleh lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan lempeng yang
berbeda, dan dibagian timur dibatasi dengan lempeng yang berbeda pula. Jadi
Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor dunia yang berbeda.
Maka
dari itu Indonesia memiliki titik gempa yang tersebar hampir diseluruh
nusantara. Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia
dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah
konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng
Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus,
yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan Lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain
adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di
sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah
Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus
bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup
keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan
magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari
dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung
berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
Indonesia terletak pada
jalur gunung api tersebut dan merupakan negara dengan jumlah gunungapi
terbanyak. Pola penyebaran gunungapi menunjukkan jalur yang hampir mirip dengan
pola penyebaran fokus gempa dan tipe aktivitas kegunungapiannya tergantung pada
batas lempengnya. Hubungan ini menunjukkan bahwa volkanismamerupakan salah satu
produk penting sistem tektonik.
Akibatnya
berbagai gejala alam di Indonesia sering terjadi. Yang salah satunya banyak di
jumpai gunung api di bagian selatan Indonesia yang merupakan buah karya dari
pergerakan lempeng Indo-Australian
dengan lempeng Eurasian. Jumlah gunung api di Indonesia 177 gunung api, Sert
gunung api juga di temui di daerah sebagain dari pulau halmahera dan sebagian
dari pulau sulawesi yang merupakan tempat pertemuan lempeng pasifik dengan
lempeng eurasian.
Inilah
wilayah yang memiliki salah satu paparan benua yang terluas di dunia (Paparan
Sunda dan Paparan Sahul), dengan satu-satunya pegunungan lipatan tertinggi di
daerah tropika sehingga bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua), dan di sini
pulalah satu-satunya di dunia terdapat laut antarpulau yang terdalam (-5000
meter) (Laut Banda), dan laut sangat dalam antara dua busur kepulauan (-7500
meter) (Dalaman Weber). Dua jalur gunungapi besar dunia bertemu di Nusantara.
Beberapa jalur pegunungan lipatan dunia pun saling bertemu di Indonesia.
Indonesia pun dibentuk oleh pertemuan dua dunia : asal Asia dan asal Australia.
Ini mengakibatkan begitu kayanya biodiversitas Indonesia.
Meskipun
Indonesia hanya meliputi sekitar 4 % dari luas daratan di Bumi, tidak ada satu
negeri pun selain Indonesia yang mempunyai begitu banyak mamalia, 1/8 dari
jumlah yang terdapat di dunia). Bayangkan, satu dari enam burung, amfibia, dan
reptilia dunia terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat
di Indonesia (Kartawinata dan Whitten, 1991). Indonesia juga memiliki
keanekaragaman ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara
tropika lainnya. Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan kisaran
ikim dan ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis hutan
daratan dan juga hutan rawa, sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai lainnya,
gletsyer, danau-danau yang dalam dan dangkal, dan lain-lain.
Tektonik
Indonesia Barat dan Timur
Pembahasan
tatanan teknonik Indonesia menggunakan pendekatan tektonik lempeng telah lama
dilakukan. Aplikasi teori ini untuk menerangkan gejala geologi regional di
Indonesia dilakukan oleh Hamilton (1970, 1973, 1978), Dickinson (1971), dan
Katili (1975, 1978, 1980). Secara setempat-setempat Audley-Charles (1974)
menerapkan teori ini untuk menjelaskan gejala geologi kawasan Pulau Timor, Rab
Sukamto (1975) dan Simanjuntak (1986) menerapkannya untuk memahami keruwetan
Sulawesi. Sartono (1990) mengemukakan bahwa tatanan tektonik Indoenesia selama
Neogen yang dipengaruhi oleh tatanan geosinklin pasca Larami. Busur-busur
geosiklin ini merupakan zona akibat proses tumbukan kerak benua dan samudra.
Kerak
benua yang bekerja pada waktu itu terdiri dari kerak benua Australia, kerak
benua Cina bagian selatan, benua mikro Sunda, kerak samudra Pasifik, dan kerak
samudra Sunda. Tumbukan Larami tersebut membentuk busur-busur geosinklin Sunda,
Banda, Kalimantan utara dan Halmahera-Papua. Peta anomali gaya berat dapat
menunjukkan dengan baik pola hasil tektonik ini. Tatanan tektonik Indonesia
bagian barat menunjukkan pola yang relatif lebih sederhana dibanding Indonesia
timur. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan
Paparan Sunda yang relatif stabil. Pergerakan dinamis menyolok hanya terjadi
pada perputaran Kalimantan serta peregangan selat Makassar. Hal ini terlihat
pada pola sebaran jalur subduksi Indonesia Barat (Katili dan Hartono, 1983, dan
Katili, 1986; dalam Katili 1989). Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis
karena dipisahkan oleh banyak sistem sesar (Katili, 1973 dan Pigram dkk., 1984
dalam Sartono, 1990) sangat mempengaruhi bentuk kerumitan tektonik Indonesia
bagian timur.
Manfaat
dari tatanan lempeng tektonik Indonesia
Penyebaran
mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran
batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi
Indonesia yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha
penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang.
Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai
ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas,
perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini
adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral
bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit,
diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus
lainnya. Belakangan panas bumi dan uranium juga masuk dalam golongan ini
walaupun cara pembentukannya berbeda. (Sudradjat, 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar